kutipan cerita PSK


Kutipan interview kepada 5 PSK

Sambil menunggu teman kami mewawancarai salah seorang PSK yang bekerja di Kimochi – kawasan Mangga Besar – kami pun berunding mengenai tujuan pencarian PSK selanjutnya. Kebetulan sekali di seberang jalan terdapat Hotel Travel. Sebagai informasi, Hotel travel merupakan salah satu hotel yang sangat terkenal karena menyediakan layanan esek–esek” dengan harga yang cukup terjangkau namun memiliki kualitas cukup baik. Ini terbukti dari banyaknya mobil yang parkir serta para pengunjung yang seolah tak henti-hentinya masuk ke dalam Hotel Travel. Hal ini kami ketahui dari beberapa forum dewasa di internet yang sempat kami jelajahi untuk mencari informasi mengenai tempat-tempat porstitusi.

Kamipun mengambil keputusan untuk masuk ke dalam bar yang terdapat di dalam Hotel Travel. Sebelumnya kami sempat mengamati para pengunjung yang masuk ke dalam hotel. Mereka kebanyakan terdiri atas para eksekutif muda, para remaja serta pria paruh baya. Mereka yang masuk ke dalam Hotel Travel tidak masuk melalui pintu lobby utama tetapi masuk melalui suatu pintu yang letaknya agak disamping. Pintu ini dujaga oleh beberapa orang security berpakaian cukup rapi yang selalu menggenggam HT di tangan mereka. Setiap pengunjung yang masuk ke Hotel Travel diberikan semacam kertas kecil oleh petugas penerima tamu.

Kami sempat ragu untuk masuk ke dalam dikarenakan minimnya informasi mengenai lokasi bar yang terletak di dalam Hotel Travel ini. Kamipun hanya mondar mandir di depan pintu lobby Hotel Travel dan hal ini sempat mengundang perhatian beberapa orang yang memperhatikan kami. Untuk menghindari kecurigaan petugas keamanan, kamipun memutuskan untuk mencari informasi terlebih dahulu kepada petugas parkir yang tampak lalu lalang menangani banyaknya mobil pengunjung.

Sempat tercetus ide untuk mencoba fasilitas karaoke saja. Memang selain terdapat fasilitas bar, Hotel travel juga menyediakan fasilitas karaoke bagi tamunya. Kami berasumsi bahwa Hotel Travel pasti akan menyediakan “wanita pendamping” untuk menemani tamunya berkaraoke dan “wanita pendamping” ini pun pastinya merupakan wanita PSK.

Kamipun menyapa salah satu petugas parkir yang kebetulan berpapasan dengan kami dan menanyakan informasi bila kami ingin berkaraoke di Hotel Travel. Menurut Pak Bejo (nama samara – salah seorang petugas parkir di Hotel Travel), jika kami ingin menikmati jasa “esek-esek” di Hotel Travel langsung saja masuk lewat pintu yang telah kami sebutkan sebelumnya.

“Kalau karaoke mah mahal disini. Kalo mau langsung masuk aja tuh lewat situ. Langsung pilih awewe-nya, palingan mah abis 350. Ceweknya banyak, tinggal pilih aja seleranya yang mana.”, tutur Pak Bejo menyarankan.

Ia mengakui bahwa setiap akhir pecan dan hari libur Hotel Travel memang kebanjiran pengunjung. Ia mengatakan bahwa untuk hari itu saja sudah ratusan tamu yang datang.

“Udah dari jam 4 sore tadi ramenya. Mobil keluar masuk terus.”, tuturnya.

Ketika kami sedang asik berbincang-bincang datang satu lagi rekan dari Pak Bejo yang kita sebut saja namanya Pak Udin. Ia membenarkan bahwa hari ini memang Hotel Travel sangat ramai sekali. Ia bahkan menawarkan kami untuk mencoba mencari di sebuah kos-kosan yang terletak di belakang Hotel Travel.

“Disana sekitar 450 bwt ST, tp ga termasuk kamar, maennya check-in lagi di hotel. Kalo ambil dari kos-an sana kan enak, bayar dimuka 450, bayar hotel sekitar 90 buat 3 jam, maennya puas bisa santai. Dijilatin dulu, diisep dulu.. Klo disini (Hotel Travel) rame banget hari ini. Itu mah 2000 k****l uda ada kali yang masuk. Hari ini aja udah berapa. Abis naik, dipake cuci-cuci doank, turun bentar langsung naik lagi.”, kelakarnya sambil memperagakan gerakan menggosok area selangkangan dengan tangan.

Kamipun tertawa mendengar lelucon dari Pak Udin. Menurut Pak Udin, PSK yang tinggal di kos-kosan tersebut umumnya jarang keluar menjajakan diri karena sudah ada langganan tersendiri yang mem-booking mereka. Akan tetapi bila sampai pukul 2 pagi mereka belum juga mendapatkan pelanggan barulah mereka keluar untuk menjajakan diri.

Kamipun lalu menanyakan informasi mengenai tarif karaoke di Hotel Travel. Menurut Pak Udin, karaoke di Hotel Travel biayanya sangat tinggi, kerana menggunakan system paket.

“Kalo karaoke disini mah 10 juta juga ga bakal cukup. Soalnya paketan. Situ sewa room, ntar cewe-nya dianter ke atas, nah uda deh tuh. Yang bikin mahal bayar minuman, rokok sama cemilan. Soalnya cewe-nya langsung maen pesen aja, tau-tau pas bayar udah abis 10 juta lebih.”, terang Pak Udin.

Pak Udin pun terus membujuk kami untuk masuk saja ke dalam Hotel Travel, akan tetapi kami beralasan sedang menunggu satu teman lagi yang akan segera datang. Ketika kami hendak beranjak meninggalkan area parkir Hotel Travel, ia menyebutkan alamat kos-kosan dimana kami bias mendapatkan PSK berusia belasan tahun dengan tarif sekitar 250 ribu.

Setelah mendapat informasi tersebut, kami pun mencoba mencari alamat yang dberikan oleh Pak Udin tadi. Ada seorang penjaga yang terlihat sedang duduk di depan rumah tersebut. Ketika mobil kami mendekat, petugas tersebut dengan sigap menghampiri kami. Kamipun menanyakan mengenai ketersediaan wanita yang bias diajak keluar untuk kencan. Pria tersebut – kita sebut saja namanya Mang Ujo – menyarankan kami langsung masuk ke dalam untuk memilih sendiri wanita yang akan kami bawa. Begitu kami menyebutkan bahwa kami ingin mencari yang berusia belasan tahun, ia tampak berusaha mengalihkan kami agar memilih wanita yang berada di sebuah mess yang masih satu pemilik dengan kos-kosan yang sedang kami datangi ini.

“Disana cewe-cewenya lebih cakep-cakep. Masih muda-muda.”

Kamipun lalu menyebutkan bahwa kami mengetahui tempat ini dari petugas parkir di Hotel Travel dan mengatakan bahwa kami bias mendapatkan wanita yang berusia belasan tahun di tempat tersebut. Namun Mang Ujo sepertinya sengaja mengalihkan pembicaraan agar kami memilih wanita dari mess yang ditunjuk oleh Mang Ujo. Kamipun lalu menanyakan alamat mess yang ditunjuk oleh Mang Ujo. Ia lalu menawarkan untuk mengantarkan kami.

Ketika kami melewati Hotel Travel untuk menuju mess yang ditunjuk oleh Mang Ujo, ia mengatakan bahwa PSK yang terdapat di mess tersebut jauh lebih cantik dari PSK yang bekerja di Hotel Travel.

“Disini mah udah tua-tua, sekitar 25 – 26an. Klo yang disana kan masih muda-muda tuh, 20 – 21.”

Setelah kami sampai di mess yang dimaksud oleh Mang Ujo kami disambut oleh seorang penjaga berbadan tinggi tegap yang menurut Mang Ujo bernama Eko. Kamipun ditanyai beberapa pertanyaan oleh Eko seperti akan check-in di hotel apa, berapa orang PSK yanga kan kami bawa. Sial bagi kami, Eko mencurigai kami sehingga ia pun tidak mengijinkan kami membawa satu orangpun keluar dari mess yang dijaganya tersebut. Hal yang menyebabkan kecurigaan Eko ialah bahwa kami yang berjumlah empat orang hanya akan memyewa satu orang PSK Selain itu kecurigaan Eko pun bertambah begitu kami mengatakan tidak akan check-in di hotel tetapi hanya mengajak PSk yang akan kami bawa minum-minum dan mengobrol saja.

Setelah gagal membawa keluar satu orang PSK dari mess ini, kamipun kembali untuk menurunkan Mang Ujang kembali di rumah kos yang ia jaga. Ketika akan mencapai rumah kos tersebut barulah Mang Ujang menawarkan untuk mengambil PSK dari tempat kos yang ia jaga. Ia mengatakan bahwa para PSK yang tinggal di rumah kos tersebut berusia sekitar 17 sampai dengan 19 tahun dan berasal dari Indramayu, Jawa Barat. Ia menawarkan kami untuk langsung masuk ke dalam dan berbicara langsung dengan perantara yang bertugas di tempat kos tersebut.

“Kalo mau ayuk langsung ikut saya masuk ke dalam. Langsung bayar 250 ribu sama orangnya, tapi saya minta jatah 75 ribu. Gimana?”

Kali ini giliran kami yang berusaha menghindar dari tawaran Mang Ujang. Selain karena salah seorang rekan kami yang mewawacarai PSK yang bekerja di Kimochi telah selesai dengan wawancaranya, kami pun menjadi tidak percaya lagi dengan Mang Ujang. Dengan alasan bahwa kami akan menjemput rekan kami dulu di Kimochi, kami pun menurunkan Mang Ujang di rumah kos tempat ia berjaga kembali.

Kami pun kembali ke Hotel Travel dan kali ini telah membulatkan tekad untuk masuk. Begitu kami masuk, di area lobby kami langsung disambut oleh bagian penerima tamu yang memberikan gelang bernomor kepada setiap tamu yang masuk. Fungsi dari gelang bernomor ini ialah untuk memudahkan tamu ketika akan memesan makanan, minuman ataupun ketika tamu tersebut akan menggunakan jasa layanan seks. Segala tagihan akan dimasukkan ke nomor gelang sang tamu, dan ketika akan keluar dari Hotel Travel, tamu harus mengembalikan gelang tersebut dan membayar semua tagihan yang dibebankan atas nomor gelang yang dikenakan oleh tamu tersebut.

Setelah masing-masing dari kami mendapatkan gelang dari bagian penerima tamu, kamipun langsung masuk ke dalam area bar. Begitu kami masuk lang sung trelihat ratusan pengunjung dan para wanita PSK sedang asik berbaur sambil mendengarkan music yang dimainkan oleh sekelompok band kecil. Para PSK yang tidak sedang bersama tamu tampak duduk di sofa-sofa yang terletak di pinggiran area bar. Sepertinya sofa-sofa ini memang khusus disediakan bagi para PSK yang sedang tidak melayani tamu untuk memudahkan para tamu yang belum mendapatkan pasangan untuk memilih PSK mana yang sesuai dengan selera mereka.

Area bar sendiri terbagi atas dua lantai. Lantai pertama merupakan area pertunjukan music, sedangkan area kedua merupakan area bermain bilyar. Selain itu para PSK yang bekerja di masing-masing lantai pun memiliki dress-code masing-masing. Sepertinya dress-code ini digunakan untuk membedakan germo yang menangani masing-masing kelompok PSK. Di area lantai satu atau area pertunjukan music, pakaian yang dikenakan oleh para PSK merupakan motif bunga-bunga, sedangkan para PSK di lantai dua atau lantai bermain bilyar terdiri atas tiga kelompok berbeda. Pakaian yang mereka kenakan pun berbeda-beda, yaitu terdiri atas pakaian serba putih, pakaian serba merah dan pakaian semi transparan berwarna ungu.

Awalnya kami berencana untuk bermain bilyar saja, sedangkan salah satu dari kami akan mewawancarai salah satu PSK. Tarif bermain bilyar disini cukup murah, yaitu Rp. 30.000,- per jam. Menurut asumsi kami, murahnya tariff bermain bilyar disini dikarenakan permainan bilyar bukan merupakan bisnis utama mereka. Ini hanya merupakan sambilan sebelum para tamu check-in dengan PSK yang telah mereka pilih.

Karena banyaknya tamu yang bermain bilyar, nama kamipun harus masuk dalam waiting list. Kamipun memutuskan untuk duduk dan minum saja sambil rekan kami mewawancarai salah satu PSK. Begitu kami mendekati area tamu untuk mencari meja, tiba-tiba saja seorang wanita paruh baya dengan pakaian kerja serba putih menghampiri kami dan menawari kami untuk check-in dengan salah satu PSK yang berada di bawah wewenangnya. Kami menduga wanita ini merupakan germo untuk PSK dengan pakaian serba merah di area lantai dua. Karena merasa tidak sesuai dengan PSK yang ditawarkan oleh germo tersebut, kamipun menolak tawarannya dengan alasan akan memilih sendiri PSK mana yang akan pilih.

Kamipun duduk dan memesan minuman dan makanan kecil. Setelah beberapa waktu mengamati PSK mana yang akan kami pilih, rekan kami yang akan mewawancarai salah satu PSKpun menetapkan pilihannya pada salah seorang PSK dan memberitahukan pilihannya kepada germo tersebut. Karena banyaknya tamu yang sedang check-in, maka terpaksa rekan kami harus menunggu sebelum bisa check-in.

Sambil menunggu, rekan kami yang bertugas mewawancarai PSK tersebut pun berusaha mengorek informasi dengan jalan mengajak ngobrol untuk mencairkan suasana. PSK tersebut ternyata bernama Indri, berusia 18 tahun dan berasal dari Indramayu, Jawa Barat. Ia datang ke Jakarta sekitar empat tahun lalu mengikuti temannya yang telah lebih ahulu mengadu nasib di Jakarta. Ketika pertama kali datang ke Jakarta, ia tidak serta merta langsung bekerja sebagai PSK, melainkan bekerja sebagai escort girl untuk menemani tamu di suatu tempat karaoke di Jakarta.

“Awalnya gua liat temen gua yang kerja di Jakarta, tiap pulang kampong bawa banyak duit. Katanya dia kerja di karaoke, ya udah gua ikut aja ke Jakarta sama dia.”, tutur Indri.

Selain karena ingin mengikuti kesuksesan teman di Jakarta, alas an Indri datang ke Jakarta karena ia tidak ma uterus-menerus bekerja sebagai petani.

“Kerja di sawah tiap hari kejemur matahari. Kulit gua udah item gini, gua ga mau makin item.”, akunya.

Awal mula Indri bekerja sebagai PSK ialah ketika ia mengalami suatu konflik dengan kekasihnya yang sama-sama bekerja di tempat karaoke tersebut. Kekasih Indri tersebut menduakan Indri dan berselingkuh dengan wanita lain. Dan yang lebih parahnya lagi, kekasih Indri tersebut berselingkuh dengan rekan satu kos Indri yang juga bekerja sebagai bartender di tempat karaoke dimana Indri dan kekasihnya juga bekerja. Ketika itu, salah seorang tekan Indri memberitahukan kepada Indri bahwa kekasihnya berselingkuh dengan temannya sendiri. Kemudian dengan berpura-pura meminjam handphone rekannya tersebut, Indri menjebak kekasihnya dengan mengajak bertemu di suatu tempat.

“Waktu itu gua maki-maki dia, trus mukanya gua sirem pake bird an gua putusin. Temen gua itu juga diusir dari kos-an.”, tutur Indri sambil meyeka air mata yang sempat membasahi pipinya.

Setelah memutuskan berhenti bekerja di tempat karaoke, salah seorang rekannya pun menawari Indri untuk bekerja di MTR – suatu bar yang juga menyediakan jasa layanan prostitusi di kawasan “Kota Indah” di daerah Pangeran Jayakarta. Iapun sempat bekerja di MTR selama 5 bulan, namun karena sepinya pengunjung rekannya pun menawari untuk pindah bekerja di Hotel Travel. Kini ia telah bekerja di Hotel Travel selama hamper enam bulan.

Setiap tamu yang menggunakna jasa layanan seks di Hotel Travel dikenakan biaya sebesar Rp. 285.000,-. Harga tersebut sudah termasuk untuk membayar PSK dan harga kamar di Hotel Travel. Dengan menyediakan PSK dan kamar hotel di tempat yang sama, Hotel Travel dapat memaksimalkan sekitar 100-an PSK yang bekerja disana untuk menjaring sebanyak mungkin tamu. Ketika akhir pecan seperti ini, dimana tamu sedang banyak-banyaknya, setiap PSK yang selesai melayani tamu dan duduk di area bar mungkin hanya memiliki kesempatan untuk beristirahat selama 5 menit saja sebelum melayani pelanggan berikutnya.

Para germo disana pun tak segan-segan untuk memaksa para PSK untuk melayani sebanyak mungkin tamu. Hal ini terlihat ketika salah seorang germo memarahi salah satu PSK yang sedang beristirahat setelah melayani tamu. PSK tersebut sedang duduk beristirahat dan merapikan make-upnya sehabis melayani tamu. Kemudian salah seorang germo memanggilnya untuk diperkenalkan dengan tamu berikutnya, ketika PSK tersebut tampak bermalas-malasan dan terkesan enggan menemui tamunya, sang germo menghampirinya dan menghardiknya.

“Desy, ntar gua gampar lo ya!”, teriak sang germo kepada PSK tersebut.

Dengan enggan PSK yang bernama Desy tersebut pun menghampiri tamunya. Kemudian sang germo yang masih kesal dengan ulah PSK tersebut menghampiri sofa dimana rekan-rekan Desy yang lain sedang duduk dan berkata kepada mereka.

“Liat tuh temen lo. Gitu tuh yang namanya perek. Kalo males-malesam kayak gitu gimana bias dapet banyak pelanggan.”, kata sang germo dengan ekspresi kesal.

Menurut pengakuan Indri, memang setiap PSK disini diwajibkan untuk melayani minimal empat sampai dengan lima orang tamu perhari dan maksimal tujuh orang tamu perhari.

“Minimal empat lima lah, maksimal tujuh. Disini buka jam satu tapi gua biasa datang sekitar jam setengah tiga.”, sebut Indri.

Karena terlalu banyaknya tamu yang harus dilayani oleh Indri setiap harinya, saat ini ia hampir mati rasa ketika berhubungan seks.

“Yah nikmatin ga nikmatin, dinikmatin aja lah, yang penting dapet uit.”, katanya.

Tamu-tamu yang dilayani Indri sebagian besar merupakan orang Indonesia, namun ia pernah pula melayani tamu dari Jepang, Korea, Taiwan dan China.

Dari setiap orang tamu yang dilayaninya, Indri dan kawan-kawannya menerima bayaran sebesar Rp. 85.000,-. Harga itu belum termasuk uang tips yang diterimanya dari para tamu yang dilayaninya. Uang tips yang biasa diterimanya berkisar antara Rp. 50.000,- sampai dengan Rp. 100.000,-. Dengan penghasilan harian seperti itu, Indri berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp. 12.000.000,- per bulan. Namun apabila kondisinya kurang fit, seperti sedang menstruasi ataupun bila sedang terkena penyakit, ia hanya mampu menumpulkan sekitar Rp. 7.000.000,- per bulan. Dari total penghasilannya itu ia mengirimkan sebesar Rp. 3.000.000,- untuk keluarganya di kampung.

Keluarga Indri di Indramayu sama sekali tidak mengetahui profesi Indri sebagai PSK. Kepada keluarga Indri mengaku bekerja di sebuah restoran setelah berhenti bekerja di tempat karaoke.

“Yah, pokoknya mereka tu-nya saya kerja halal lah.”, akunya.

Suka duka selama menjalani profesi sebagai PSK diakuinya tidak terlalu banyak.

“Sukanya ya dapet duit banyak.”, tuturnya.

Sedangkan dukanya, banyak diantara pelanggannya yang tidak kooperatif seperti menolak menggunakan kondom ketika berhubungan seks ataupun meminta dilayani sebanyak dua sampai tiga kali.

Iapun mengatakan banyak mengalami kejadian lucu selama menjalani profesi sebagai PSK, diantaranya banyak para remaja yang menjadi tamunya ketika berhubungan seks tidak mau memandang wajahnya, ada pula yang ketika berhubungan seks terlalu lama mencapai ejakulasi sehingga akhirnya hanya di-hand job saja, selain itu ada pula pelanggannya yang hanya di-blow job saja sudah ejakulasi dan tidak dapat melanjutkan lagi.

Indri mengakuibahwa bisnis prostitusi di Hotel Travel dikelola dengan sangat professional dan hati-hati. Para PSK yang bekerja di Hotel Travel disediakan tempat tinggal di sebuah mess di kawasan Kebun Jeruk. Dengan membayar biaya sebesar Rp. 700.000,- per bula ia sudah mendapatkan fasilitas air, listrik, makan, cuci pakaian, salon serta biaya pemeriksaan kesehatan rutin setiap minggunya. Selain mendapat fasilitas pemeriksaan kesehatan rutin setiap minggunya dari Hotel Travel, setiap bulannya Indri pun diwajibkan untuk memeriksakan diri ke dokter dengan menggunakan biaya sendiri. Pemeriksaan ini meliputi pembersihan dan pencucian vagina.

“Dibersihinnya ya kayak dikorek-korek gitu m***k-nya. Klo Cuma cuci sama bersihin aja sech sekitar 150 ribu.”, tutur Indri.

Namun apabila ternyata ditemukan suatu masalah pada kelamin Indri maka ia harus mengeluarkan biaya ekstra lagi untuk pengobatannya, biasanya dengan teknik laser.

“Ya kalo badan kita kurang fit trus k****l cowo-nya juga ga bersih bisa cepet banget kenanya. Bisa hari ini maen trus besok langsng kena.”, akunya.

Indripun mengakui bahwa dirinya pernah menderita penyakit hermes pada bibirnya yang menyebabkan ia harus ke dokter setiap minggunya untuk proses penyembuhan. Mengenai masalah menstruasi, Indri mengatakan bahwa menstruasi bisa ditunda dengan mengkonsumsi semacam pil sehingga menstruasi bisa ditunda selama 30 hari.

Di akhir wawancara Indri mengaku tak ingin selamanya bekerja sebagai PSK. Ia berharap bahwa suatu saat nanti ia dapat berhenti bekerja sebagai PSK, pulang ke kampong halamannya, menikah dan membentuk keluarga.

“Pengennya sech kerja begini satu taon lagi aja.”, kata Indri sambil membenahi pakaiannya

“Tapi gua juga ga mau buru-buru cari pacar, klo jodoh aja, soalnya masih trauma sama yang dulu.”, katanya menutup pembicaraan.


0 comments

Posting Komentar

 
|  tugas blog MKT11-3C. Blogger Template By Lawnydesignz Powered by Blogger