kebudayaan palembang




Accredited by BAN PT: SK No. 007/BAN-PT/AK-V/S1/V/2002 An accredited centre of the London Chamber of Commerce

and Industry Examinations Board – United Kingdom An approved centre of City & Guilds of London Institute, England

Cambridge International Associate Partner of the University of Cambridge International Examinations, United Kingdom

CULTURAL ANTHROPOLOGY

Keanekaragaman Budaya Palembang


oleh :

Kesuma Kurniadi

(2007 11 0501)

MKT11 – 3C


DAFTAR ISI


HAL

Kata Pengantar

Bab I

Pendahuluan

    1. Latar Belakang 1
    2. Perumusan Masalah 1
    3. Tujuan Masalah 1

Bab II

Kerangka Teoritis

2.1 Definisi Kebudayaan

2.1.1 Definisi Etimologis Kebudayaan 1

2.1.2 Definisi Konseptual Kebudayaan 1-2

2.1.3 Definisi Operational Kebudayaan 2

2.1.4 Definisi Variabel Konsep Teori 2-3

2.2 Definisi Masyarakat

2.2.1 Definisi Etimologis Masyarakat 3

2.2.2 Definisi Konseptual Masyarakat 3-4

2.2.3 Definisi Operational Masyarakat 4

2.2.4 Definisi Variabel Konsep Teori 5

BAB III

Analisis dan Pembahasan 5-12

BAB IV

Penutup 13

Daftar Pustaka 14

Gambar-gambar Palembang Jaman Doelo

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah yang Mahakuasa karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah anthropology yang berjudul “Keanekaragaman Budaya Palembang” dapat penulis selesaikan dengan lancer.

Makalah ini disusun secara sistematis sesuai dengan bahan dan materi yang telah diajarkan, mengenai sejarah kebudayaan yang terdapat di daerah Palembang – Sumater Selatan dimana masyarakat Palembang memiliki beraneka ragam kebudayaan, mulai dari berbagai macam tarian-tarian sampai ke kebiasan-kebiasan mereka yang unik.

Penulis berharap dengan dibuatnya makalah ini, pembaca akan menjadi lebih mengetahui tentang keanekaragaman yang dimiliki oran-orang yang dijuluki dengan julukan “Wong Kito” ini. Sehingga pembaca bisa mengetahui dan menyadari betapa kayanya Indonesia ini dan khirnya kita semua bisa menambah pengetahaun mengenai kebudayaan-kebudayaan di tiap-tiap daerah yang ada di Indonesia.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah “Keunikan Budaya Palembang” ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami mohon para pembaca dan dosen pembimbing untuk memberikan saran dan kritik yang membangun sehingga penulis dapat meningkatkan kualitas dalam menyusun makalah yang akan dating.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat dibaca oleh para pembaca.



PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

Latar belakang penulis menulis makalah ini adalah untuk memberitahukan kepada para pembaca bahwa kota Palembang memiliki kenaekaragam corak budaya. Dalam makalah ini penulis akan meninjau kebudayaan kota Palembang dari 7 unsur kebudayaan universal, yaitu sistem religi, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian, sistem bahasa, dan yang terakhir adalah sistem kesenian. Pada makalah ini pembaca dapat mengetahui apa-apa saja yang dimiliki kota Palembang. Mulai dari makanan khas Palembang sampai segala sesuatu yang unik yang ada di Palembang. Semoga dengan dibuatnya makalah ini, pembaca dapat menambah pengetahuan mengenai kota Palembang.

Kota Palembang adalah salah satu kota besar sekaligus merupakan ibu kota dari Provinsi Sumatra Selatan. Palembang adalah kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan. Kota ini dahulu pernah menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya sebelum kemudian berpindah ke Jambi. Bukit Siguntang, di Palembang Barat, hingga sekarang masih dikeramatkan banyak orang dan dianggap sebagai bekas pusat kesucian di masa lalu.

Sempat kehilangan fungsi sebagai pelabuhan besar, penduduk kota ini lalu mengadopsi budaya Melayu pesisir, lalu Jawa. Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam budayanya. Salah satunya adalah bahasa. Kata-kata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)", adalah salah satu contohnya. Gelar kebangsawanan pun bernuansa Jawa, seperti Raden Mas/Ayu.

Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak berbeda bentuk dan coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa.

Kota ini memiliki komunitas Tionghoa yang besar. Makanan seperti pempek atau tekwan yang terbuat dari ikan mengesankan "Chinese taste" yang kental masyarakat Palembang.

Palembang merupakan kota tertua di Indonesia, hal ini didasarkan pada prasasti Kedukan Bukit yang diketemukan di Bukit Siguntang, sebelah barat Kota Palembang, yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota yang merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 683 Masehi. Maka tanggal tersebut dijadikan patokan hari lahir Kota Palembang.

Sejarah Kota Palembang

Secara teratur, sebelum masa NKRI pertumbuhan Kota Palembang dapat dibagi menjadi 4 fase utama:

  1. Fase Sebelum Kerajaan Sriwijaya

Merupakan zaman kegelapan, karena mengingat Palembang telah ada jauh sebelum bala tentara Sriwijaya membangun sebuah kota dan penduduk asli daerah ini seperti yang tertulis pada manuskrip lama di hulu Sungai Musi merupakan penduduk dari daerah hulu Sungai Komering.

  1. Fase Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Di sekitar Palembang dan sekitarnya kemudian bermunculan kekuatan-kekuatan lokal seperti Panglima Bagus Kuning di hilir Sungai Musi, Si Gentar Alam di daerah Perbukitan, Tuan Bosai dan Junjungan Kuat di daerah hulu Sungai Komering, Panglima Gumay di sepanjang Bukit Barisan dan sebagainya. Pada fase inilah Parameswara yang mendirikan Tumasik (Singapura) dan Kerajaan Malaka hidup, dan pada fase inilah juga terjadi kontak fisik secara langsung dengan para pengembara dari Arab dan Gujarat.

  1. Fase Kesultanan Palembang Darussalam

Hancurnya Majapahit di Jawa secara tidak langsung memberikan andil pada kekuatan lama hasil dari Ekspedisi Pamalayu di Sumatera. Beberapa tokoh penting di balik hancurnya Majapahit seperti Raden Patah, Ario Dillah (Ario Damar) dan Pati Unus merupakan tokoh-tokoh yang erat kaitanya dengan Palembang. Setelah Kesultanan Demak yang merupakan 'pengganti' dari Majapahit di Jawa berdiri, di Palembang tak lama kemudian berdiri pula 'Kesultanan Palembang Darussalam' dengan 'Susuhunan Abddurrahaman Khalifatul Mukmiminin Sayyidul Iman' sebagai raja pertamanya. Kerajaan ini mengawinkan dua kebudayaan, maritim peninggalan dari Sriwijaya dan agraris dari Majapahit dan menjadi pusat perdagangan yang paling besar di Semenanjung Malaka pada masanya. Salah satu raja yang paling terkenal pada masa ini adalah Sultan Mahmud Badaruddin II yang sempat menang tiga kali pada pertempuran melawan Eropa (Belanda dan Inggris).

  1. Fase Kolonialisme

Setelah jatuhnya Kesultanan Palembang Darussalam pasca kalahnya Sultan Mahmud Badaruddin II pada pertempuran yang keempat melawan Belanda yang pada saat ini turun dengan kekuatan besar pimpinan Jendral de Kock, maka Palembang nyaris menjadi kerajaan bawahan. Beberapa Sultan setelah Sultan Mahmud Badaruddin II yang menyatakan menyerah kepada Belanda berusaha untuk memberontak tetapi kesemuanya gagal dan berakhir dengan pembumihangusan bangunan kesultanan untuk menghilangkan simbol-simbol kesultanan. Setelah itu Palembang dibagi menjadi dua keresidenan besar, dan pemukiman di Palembang dibagi menjadi daerah Ilir dan Ulu.

Kota Palembang telah dicanangkan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono sebagai 'Kota Wisata Air' pada tanggal 27 September 2005. Presiden mengungkapkan bahwa Kota Palembang dapat dijadikan kota wisata air seperti Bangkok, Thailand dan Pnomh Phenh, Kamboja. Tahun 2008 Kota Palembang menyambut kunjungan wisata dengan nama "Visit Musi 2008.

    1. Perumusan Masalah

Atas latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimana penerapan unsur-unsur kebudayaan secara universal pada kebudayaan Palembang?

    1. Tujuan Masalah

Atas dasar perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui dan menganalisis Bahasa pada kebudayaan Palembang
  2. Untuk mengetahui dan menganalisis Sistem Tekhnologi & alat produksi pada kebudayaan Palembang
  3. Untuk mengetahui dan menganalisis Mata Pencaharian pada kebudayaan Palembang
  4. Untuk mengetahui dan menganalisis Organisasi Sosial pada kebudayaan Palembang
  5. Untuk mengetahui dan menganalisis Sistem Pengetahuan pada kebudayaan Palembang
  6. Untuk mengetahui dan menganalisis Sistem Religi pada kebudayaan Palembang
  7. Untuk mengetahui dan menganalisis Kesenian pada kebudayaan Palembang


BAB II

KERANGKA TEORETIS

2.1 Definisi Kebudayaan

Seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar.

2.1.1 Definisi Etimologis Kebudayaan

Kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta (buddayah), yang merupakan bentuk jamak dari (buddhi) yang berarti “budi” atau “kekal”.

2.1.2 Definisi Konseptual Kebudayaan

1. EB. Taylor (1832-1917)

Kebudayaan adalah sebagai kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hokum, moral, kebiasaan, dan lain-lain kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

2. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi

Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

3 Ki Hajar Dewantara

Kebudayaan adalah buah budi manusia dalam hidup bermasyarakat.

4. Koentjaraningrat

Kebudayaan adalah keseluruhan system, gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan cara belajar.

5. R. Soekmono

Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda maupun hanya berupa buah pikiran dan alam penghidupan.

2.1.3 Definisi Operasional Kebudayaan

Kebudayaan adalah suatu sistem symbol dan sistem adaptasi yang terstruktur dan kognitif. Kebudayaan juga diartikan sebagai sesuatu yang fungsional dan suatu konfigurasi kebudayaan, suatu kemajuan dari evolusi/perubahan dan suatu proses kesejarahan, dimana masalah difusi/persebaran dan integrasi dari manusia menjadi tolak pangkal perhatiannya.


2.1.4 Instrumen Variabel Konsep Teori

Instrumen Variabel Konsep Teori Kebudayaan

Variabel

Konsep Teori

Dimensi

Indikator

K

E

B

U

D

A

Y

A

A

N

sistem

  1. Terstruktur
  2. Organisasi
  3. Fungsional

simbol

  1. Tanda
  2. Lambang
  3. Logo

evolusi

  1. Perkembangan
  2. Perubahan
  3. Kemajuan


2.2 Definisi Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok atau sekumpulan manusia yang tinggal bersama-sama disuatu tempat yang saling berinteraksi satu sama lain dan bergaul dengan sesamanya.

2.2.1 Definisi Etimologis Masyarakat

Masyarakat berasal dari bahasa latin (socius) yang berarti kawan atau sekelompok. Dalam bahasa inggris disebut society. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata bahasa Arab, syaraka yang berarti ikut serta atau berpartisipasi.

2.2.2 Definisi Konseptual Masyarakat

1. Hasan Shadily

Masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.

2. J.L Gillin dan J.P. Gillin

Masyarakat adalah sekelompok yang terbesar dan mempunyai kebiasaa, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan sama.

3.Auguste Comte

Masyarakat adalah kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hokum-hukumnya sendiri dan memiliki pola perkembangan tersendiri.

4.Ralph Linton

Masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang telah hidup dan bekerjasama dalam waktu sukup lama sehingga dapat mengatur dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan social dengan batas-batas yang jelas.

5.Drs. Sidi Gazalba

Masyarakat adalah interaksi manusia dengan manusia, hidup berkelompok dan dalam masyarakat teratur, pemeliharaan interaksi yang teratur dalam kelompok. Masyarakat merupakan pergaulan antara manusia dengan kelompok.

2.2.3 Definisi Operasional Masyarakat

Masyarakat adalah suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat berkesinambungan dan terikat oleh rasa identitas bersama.


2.2.4 Definisi Variabel Konsep Teori

Instrumen Variabel Konsep Teori Masyarakat

Variabel

Konsep Teori

Dimensi

Indikator

M

A

S

Y

A

R

A

K

A

T

Sistem tradisi

  1. Gotong royong
  2. Musyawarah
  3. Siskamling

Norma-norma

  1. Norma agama
  2. Norma hokum
  3. Norma kesopanan

Sistem adat istiadat

  1. Adat jawa
  2. Adat sunda
  3. Adat sumatera

BAB III

Analisis dan Pembahasan

Keunikan budaya Palembang tidak hanya dilihat dari Sungai Musi yang memang menjadi icon dari kota ini, masih banyak lagi keunikan-keunikan lainnya yang dimiliki Palembang. Dalam hal ini penulis akan mengupas pembahasan keunikan budaya kota Palembang ditinjau dari 7 unsur budaya universal.

    1. Sistem Bahasa

Merupakan produk manusia sebagai “Home Longues”. Bahasa manusia pada mulanya di wujudkan dalam bentuk tanda, yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan. Semuanya merupakan symbol sehingga “Ernest Casirier’ menyebut manusia sebagai animal simbolig.

Penduduk Palembang merupakan cabang dari masyarakat Melayu, dan menggunakan Bahasa Melayu sebagai bahasa sehari-hari. . Namun untuk berkomunikasi dengan warga Palembang lain, penduduk umumnya menggunakan Bahasa Palembang sebagai bahasa pengantar sehari-hari. Bahasa Palembang mempunyai dua tingkatan, yaitu Baso Pelembang Alus atau Bebaso dan Baso Pelembang Sari-sari. Baso Pelembang Alus dipergunakan dalam percakapan dengan pemuka masyarakat, orang-orang tua, atau orang-orang yang dihormati, terutama dalam upacara-upacara adat. Bahasa ini berakar pada bahasa Jawa karena raja-raja Palembang berasal dari Kerajaan Majapahit, Kerajaan Demak, dan Kerajaan Pajang. Itulah sebabnya perbendaharaan kata Baso Pelembang Alus banyak persamaannya dengan perbendaharaan kata dalam bahasa Jawa.

Sementara itu, Baso sehari-hari dipergunakan oleh wong Palembang dan berakar pada bahasa Melayu. Dalam praktiknya sehari-hari, orang Palembang biasanya mencampurkan bahasa ini dan bahasa Indonesia (pemilihan kata berdasarkan kondisi dan koherensi) sehingga penggunan bahasa Palembang menjadi suatu seni tersendiri.

    1. Sistem peralatan dan tekhnologi

Merupakan produk manusia sebagai “Home Faber”. Bersumber dari pemikiran yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan sekaligus dengan mempergunakan suatu alat. Dengan alat ciptaannya, manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhan hidupnya daripada hewan.

Seiring dengan berjalannya waktu perkembangan tekhnologi dan peralatan di Palembang terus meningkat dan berkembang dengan sangat baik. Palembang tidak kalah dari kota-kota besar lainnya seperti Jakarta, Surabaya, dan lain-lain

3.3 Sistem Mata Pencaharian

Merupakan produk manusia sebagai “Homo Economicus” menjadikan tingkat kehidupan manusia meningkat secara terus menerus. Sebagai “Food Gathering” kehidupan manusia memang sama dengan hewan. Namun dalam tingkat “Food Producing” telah terjadi kemajuan yang pesat, setelah bercocok tanam, kemudian berternak, mengusahakan kerajinan, berdagang, manusia semakin dapat mencukupi kebutuhan yang secara terus menerus meningkat.

Masyarakat Palembang pada jaman dahulu mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani. Namun dengan seiring berkembangnya jaman, sungai Musi tidak lagi menjadi pusat kegiatan kerja masyarakat Palembang. Sekarang msayarakat Palembang banyak yang beralih menjadi pedagang.

3.4 Sistem Organisasi Kemasyarakatan

Merupakan produk manusia sebagai “Homo Socius”. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah, namun dengan akalnya manusia membentuk kekuatan dengan cara menyusun organisasi kemasyarakatan yang merupakan tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama yaitu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dalam masyarakat tradisional, sistem gootong royong yang tercapai di Indonesia merupakan contoh yang khas masyarakat modern.

Sistem organisasi kemasyarakatan Palembang pada jaman dahulu menganut sistem kesultanan. Setelah Kesultanan Demak yang merupakan 'pengganti' dari Majapahit di Jawa berdiri, tak lama kemudian di Palembang berdiri pula 'Kesultanan Palembang Darussalam' dengan “Susuhunan Abddurrahaman Khalifatul Mukmiminin Sayyidul Iman” sebagai raja pertamanya. Kerajaan ini mengawinkan dua kebudayaan, maritim peninggalan dari Sriwijaya dan agraris dari Majapahit dan menjadi pusat perdagangan yang paling besar di Semenanjung Malaka pada masanya. Salah satu raja yang paling terkenal pada masa ini adalah Sultan Mahmud Badaruddin II yang sempat menang tiga kali pada pertempuran melawan Eropa (Belanda dan Inggris). Pada jaman sekarang kota Palembang dipimpin oleh Walikota.

3.5 Sistem Pengetahuan

Merupakan produk manusia sebagai “ Homo Sapiens”. Kemampuan manusia untuk mengingat apa yang apa yang diketahui dan menyamapaikannya melalui bahasa menyebabkan pengetahuan menyebar luas, terlebih lagi apabila pengetahuan dapat dibukukan maka penyebarannya dapat dilakukan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

Pengetahuan di kota Palembang sudah cukup berkembang, ini ditandai dengan munculnya sekolah-sekolah negri maupun swasta yang berstandarkan pendidikan internasional. Beberapa dari siswa-siswa Palembang juga sudah mampu bersaing dalam olimpiade-olimpiade nasioanal maupun internasional. Tidak sedikit dari mereka telah mengukir prestasi di tingkat nasional maupun internasional. Dengan kata lain tingkat pengetahuan dan pendidikan di kota Palembang sudah cukup maju dan berkembang pesat.

3.6 Sistem Religi

Merupakan produk manusia sebagai “Homo Religius” . Manusia yang mempunyai kecerdasan pikiran, perasaan luhur, tanggap bahwa kekuatan di atas dirinya terdapat kekuatan yang maha besar yang dapat “menhitam putihkan kehidupannya”. Oleh karena itu manusia takut sehingga menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama.

Sitem religi di kota Palembang menganut ajaran Islam yang kuat. Ini ditandai dengan berdiri kokohnya Kerajaan Sriwijaya pada tahun 680an masehi yang mayoritas penduduknya memeluk Agama Islam. Selain itu terdapat pula agama Katholik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

3.7 Sistem Kesenian

Merupakan hasil manusia sebagai “Homo Esteticus”. Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Manusia semata-mata tidak hanya memenuhi kebutuhan perutnya saja, tetapi mereka perlu juga pandangan mata yang indaha serta suara yang merdu. Semuanya itu dapat dipenuhi melalui kesenian ditempatkan sebagai unsure yang terakhir, karena enam kebutuhan sebelumnya, pada umumnya harus dipenuhi terlebih dahulu.

Kesenian yang terdapat di Palembang antara lain:

  • Kesenian Dul Muluk (pentas drama tradisional khas Palembang)
  • Tari-tarian seperti Gending Sriwijaya yang diadakan sebagai penyambutan kepada tamu-tamu, dan tari Tanggai yang diperagakan dalam resepsi pernikahan
  • Lagu Daerah seperti Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut, dan Ribang Kemambang
  • Rumah Adat Palembang adalah Rumah Limas dan Rumah Rakit

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kota Palembang memiliki beraneka ragam corak budaya. Mulai dari kesenian-kesenian yang ada di Palembang seperi yang sudah penulis jabarkan di makalah, makanan khas Palembang seperti pempek, tekwan, model, tempoyak, dan masih banyak lagi. Tidak ketinggalan keindahan kain Songket yang dimiliki Palembang. Songket Palembang sudah menyebar luas di seluruh wilayah Nusantara maupun mancanegara. Ukiran-ukiran kayu terkenal sebagai landmark kota Palembang pun sudah dikenal masyarakat luas. Terlebih lagi dengan program Visit Musi 2008 yang dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhono, Palembang lebih banyak dikenal oleh banyak turis lokal maupun mancanegara. Dengan keindahan Sungai Musi, Palembang diarahkan sebagai kota Wisata Sungai. Pada kesimpulan yang dapat penulis ambil, kota Palembang memiliki beraneka ragam corak budaya. Ini membuktikan bahwa tiap daerah yang ada di Indonesia memiliki budaya daerah masing-masing.

    1. Saran

Penulis berharap dengan adanya keanekaragam budaya yang dimiliki Indonesia khususnya Kota Palembang dapat terus dipertahankan dan dijaga kelestariannya. Sehingga kebudayaan asli yang kita miliki tetap terjaga utuh dan menjadi warisan budaya yang tidak mati oleh karena kemajuan jaman arus globalisasi. Karena kebudayaan asli yang kita miliki merupakan identitas diri Negara kita sebagai bangsa Indonesia. Dengan kebudayaan yang kita miliki kita dapat memperkuat hubungan antar sesama bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

  • Koentjaraningrat (2003), Pengantar Antropologi jilid I. Jakarta : Rineka Cipta.

  • Achmad, Ridjal K. (2007), Study Guide Cultural Anthropoly. Jakarta : STIKOM LSPR Jakarta.

1 comment

Rasa Manis mengatakan...

bagus nih materi nya didukung dengan banyak sumber

http://www.marketingkita.com/2017/08/manfaat-adanya-distributor-dalam-ilmu-marketing.html

Posting Komentar

 
|  tugas blog MKT11-3C. Blogger Template By Lawnydesignz Powered by Blogger